Saturday, March 19, 2011

Contoh tesis bab metode: Profil Sukses Sekolah – Ukuran Organisasi Belajar

2.1 Pendahuluan
Bab ini memeriksa Profil Kesuksesan Sekolah – Organisasi Belajar (Bowen et al, 2003) sebagai instrumen penilaian untuk mengukur fungsi sekolah sebagai organisasi belajar. Sambil memberikan deskripsi perangkat kuantitatif ini, bersama dengan penekanan pada reliabilitas dan validitasnya, bab ini juga akan memberikan pembahasan bagaimana ia dapat dimasukkan dalam usaha mempromosikan perubahan organisasi di sekolah.
2.2 Profil Kesuksesan Sekolah – Organisasi Belajar
Salah satu tampilan organisasi sosial di sekolah adalah belajar berorientasi sekolah. Profil Kesuksesan Sekolah – Organisasi Belajar (PKS – OB), salinannya dapat dilihat di Lampiran 2, halaman 147, adalah sebuah alat kuantitatif untuk menilainya. Bowen et al (2006:102) melihat pada sebuah proses organisasi sosial, bukannya yang struktural sebagai korelasi pencapaian siswa, untuk membantu memperhitungkan perbedaan dalam pencapaian antara kelompok siswa.
PKS-OB dihasilkan dari tinjauan literatur komprehensif dari penerapan konsep organisasi belajar di sekolah umum, yang menentukan dua domain belajar organisasi: tindakan dan sentimen (ibid: 98). Penulis menyatakan keyakinannya terutama bahwa ‘pendekatan belajar organisasi diperlukan untuk mendukung keberlanjutan perubahan apapun yang efektif dalam meningkatkan pencapaian akademis’ dan belajar organisasi adalah ‘cara terbaik untuk mengalamatkan isu kritis yang dihadapi sebagian besar sekolah saat ini, karena sekolah harus siap menerima dan bertindak pada informasi baru agar perubahan terjadi’ (Ibid: 98).
2.2.1 Belajar Organisasi
Definisi Bowen et al (2006) mengenai sekolah sebagai organisasi belajar dibangun berdasarkan Hiatt-Michael (2001, dikutip dalam ibid:98): ‘masyarakat belajar adalah organisasi dimana semua anggotanya mendapatkan gagasan baru dan menerima tanggung jawab untuk mengembangkan dan mempertahankan organisasi’. Ia juga menyatakan kalau fokusnya adalah ‘mengumpulkan pengalaman para anggota’ dan ‘para anggota bekerja sama, saling memahami satu sama lain, menghargai keanekaragaman satu sama lain’.
Definisi Bowen et al menyertakan anggota organisasi, dan juga siswa serta stakeholder masyarakat, termasuk orang tua.
Organisasi belajar berhubungan dengan set inti kondisi dan proses yang mendukung kemampuan sebuah organisasi untuk menghargai, mendapatkan dan menggunakan informasi dan pengetahuan tasit yang diperoleh dari karyawan dan stakeholder untuk berhasil merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi untuk mencapai tujuan kinerja. (Ibid:99)
Tindakan dan sentimen adalah dua sifat kunci yang memberikan bukti belajar organisasi (ibid:99). Hal ini didefinisikan secara detil dalam dua bagian selanjutnya.
2.2.2 Tindakan
Tindakan organisasi belajar adalah perilaku bertujuan dan pola interaksi dalam pendekatan anggota organisasi untuk bekerja yang memberikan kesempatan belajar dan demostrasi tanggung jawab bersama dan kompetensi kolektif dalam mengalamatkan tujuan organisasi. (Ibid:99)
Dimensi-dimensi berikut digunakan untuk menggambarkan komponen tindakan belajar organisasi: orientasi tim, inovasi, keterlibatan, aliran informasi, toleransi kesalahan dan orientasi hasil. Ini semua merupakan hal-hal yang sering ditemukan dalam literatur berasosiasi dengan sekolah sebagai organisasi belajar, walaupun bisa ada label lainnya. Definisi dari tiap dimensi diberikan dalam tabel 2.1
Tabel 2.1: Dimensi-dimensi Profil Kesuksesan Sekolah – Organisasi Belajar (Bowen et al., in press: 24)
Tindakan
Orientasi tim
Karyawan bekerjasama sebagai tim, saling berkonsultasi dan memberikan saran, dan bertemu untuk membahas tantangan dan memecahkan masalah
Inovasi
Karyawan menerima dan menghargai gagasan baru, berpikiran terbuka terhadap cara baru melakukan sesuatu dan bersedia melakukan percobaan praktek baru
Keterlibatan
Karyawan mencari gagasan dan pendapat dari siswa, bekerja dengan orang tua sebagai rekan dalam proses pendidikan, dan terlibat serta bekerjasama dengan agen dan organisasi masyarakat
Aliran Informasi
Karyawan berbagi gagasan dan informasi satu sama lain mengenai bagaimana menjadikan sekolah lebih efektif, merasa nyaman dalam berbagi pengalaman belajar satu sama lain dan mempertahankan keterbukaan komunikasi
Toleransi Kesalahan
Karyawan setuju kalau lebih baik mencoba hal-hal baru dengan resiko kegagalan daripada tidak mencoba sama sekali, memandang kesalahan sebagai kesempatan belajar, dan belajar dari pengalaman tersebut dimana hasilnya disesuaikan dengan tujuan yang jelas
Orientasi Hasil
Karyawan merencanakan hasil yang diinginkan, memfokuskan usaha mereka dalam mencapai hasil yang terukur dan mengevaluasi hasil terhadap tujuan yang telah didefiniskan sebelumnya.
Sekolah-sekolah yang berfungsi sebagai organisasi belajar meletakkan penekanan pada ‘jaringan dan kerjasama’ dan ‘berfokus pada pemecahan masalah baru lewat belajar tim, menentukan masalah dan mengajukan serta mengimplementasikan solusi dari dalam’ (Bowen et al., 2006:99). Belajar tim didefinisikan sebagai ‘mekanisme yang dapat membantu merumuskan nilai, tujuan dan pengetahuan pada guru, staf dan administrator, serta stakeholder lainnya – orang tua, anggota masyarakat dan siswa – dalam sistem pendidikan’(ibid.:99).
Juga penting kalau sekolah dengan budaya belajar bekerja secara fleksibel, membuat keputusan secara desentralisasi, melibatkan stakeholder luar, mempromosikan inovasi guru dan staf sekolah, memiliki ruang untuk belajar trial dan error, memandang kesalahan sebagai kesempatan belajar, ‘menemukan dan memecahkan masalah baru dan menciptakan solusi, karenanya melembagakan pembentukan pengetahuan baru’, dan berfokus pada hasil yang terukur dan dapat tercapai (ibid.:99).
2.2.3 Sentimen
Sentimen organisasi belajar adalah ekspresi kolektif pertimbangan, emosi dan sikap positif dalam anggota organisasi yang muncul lewat interaksi mereka dan hubungan antar pribadi dan yang mendukung dan mendorong integrasi internal dan harmoni sosial.(ibid.:99)
Bowen et al. (ibid.:99) mengindikasikan kalau sementara ‘semua tindakan teramati secara langsung, sentimen umumnya ditemukan atau diamati secara tidak langsung’. Sentimen termasuklah: tujuan bersama, penghargaan, kohesi, kepercayaan, dukungan bersama dan optimisme. Definisi operasional dari masing-masing dapat dilihat dalam tabel 2.2, hal 34. Penghargaan dan kepercayaan adalah aspek paling penting dari sisi kepedulian sekolah.
Sentimen-sentimen di atas yang harus ada pada semua level organisasi, ‘mendorong subkultur profesional dalam budaya sekolah yang lebih luas dan membantu sumber daya terbatas menuju belajar organisasi’(ibid.:99).
Sebelum berpindah ke bagian selanjutnya yang melihat lebih jauh kedalam struktur pengukuran PKS-OB, penting untuk mencatat kalau tindakan dan sentimen saling berhubungan. Bila kerja tim penting untuk proses perubahan, kohesi menyatakan kalau kekuatan yang menjaga pekerjaan tim sekaligus.
Tabel 2.2: Dimensi-dimensi Profil Kesuksesan Sekolah – Organisasi Belajar (Bowen et al., in press:24)
Sentimen
Tujuan bersama
Karyawan berbagi tingkat investasi yang tinggi dimana mereka ada di sini untuk laksanakan, merasa adanya naluri yang kuat pada makna dan tujuan pekerjaannya, dan berbagi keyakinan bersama dalam pentingnya pekerjaan mereka.
Penghargaan
Karyawan menghargai dan mendukung satu sama lain sebagai individu, memperlakukan satu sama lain sebagai profesional yang kompeten, dan menghargai perbedaan individual
Kohesi
Karyawan merasa adanya hubungan dan kesetiaan satu sama lain; merayakan peristiwa, pencapaian dan prestasi khusus serta menikmati kerjasama
Kepercayaan
Karyawan dapat mengandalkan satu sama lain untuk bantuan dan dukungan, dan menunjukkan kejujuran dan integritas pribadi dalam pekerjaan mereka bersama.
Dukungan Bersama
Karyawan menunjukkan kebaikan dan keseriusan satu sama lain, menawarkan bantuan dan dukungan satu sama lain disaat kebutuhan pribadi dan keluarga, dan memperlakukan satu sama lain sebagai kolega sekaligus teman
Optimisme
Karyawan merasa percaya diri kalau mereka dapat memberikan perbedaan positif dalam kehidupan siswa, mendekati pekerjaan mereka dengan harapan dan optimisme, dan percaya kalau mereka dapat memberikan pengaruh positif pada kemampuan sekolahnya mencapai tujuan kinerja
2.2.4 Metode
PKS-OB adalah sebuah survey 44 item untuk karyawan sekolah. Ia mencakup 36 item ukuran organisasi belajar dan perlu sekitar 15 menit untuk diselesaikan. Ia memiliki dua bagian utama: Profil Organisasi Belajar, dan Profil Hasil Sekolah dan Pribadi. Semua karyawan masyarakat sekolah diundang untuk ikut serta.
2.2.4.1 Organisasi Belajar
Profil organisasi belajar mencakup 36 item yang menilai 12 dimensi belajar organisasi – enam dimensi tindakan (orientasi tim, inovasi, keterlibatan, aliran informasi, toleransi kesalahan dan orientasi hasil) dan enam dimensi sentimen (tujuan bersama, penghargaan, kohesi, kepercayaan, dukungan bersama dan optimisme). Tiga item berkaitan dengan tiap dimensi skala. Item-item disusun dalam survey untuk memaksimalkan dispersi mereka dalam tiap komponen organisasi belajar (tindakan, sentimen). 18 item pertama menilai komponen tindakan, sementara 18 item kedua menilai komponen sentimen. Sebuah analisis item pada 12 dimensi belajar organisasi PKS-OB diberikan dalam Tabel 2.3, hal 36.
Menggunakan skala tipe Likert enam point dari satu (sangat tidak setuju) hingga enam (sangat setuju), karyawan mengevaluasi keluasan dimana mereka setuju kalau tiap karakteristik bersifat deskriptif di sekolah dimana mereka bekerja. ‘Fokus penilaian adalah pada fungsi sekolah sebagai sistem belajar bukannya pembelajar individual dalam sistem tersebut’ (Bowen et al. 2006:100).
2.2.4.2 Hasil Personal dan Sekolah
Instrumen PKS-OB juga mencakup enam item yang menilai keseluruhan kondisi kesehatan karyawan, tingkat kepuasan kerja, persepsi mereka terhadap pengendalian mereka terhadap sekolah, persepsi mereka mengenai kinerja aktual dan potensial sekolah dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa, dan rencana mereka melanjutkan karir mereka di sekolah bersangkutan.
2.2.5 Analisa Reliabilitas dan Validitas
Bowen et al. (in press:13) dalam memeriksa tindakan dan sentimen konsistensi internal menggunakan Cronbach’s alpha, mencapai koefisien 0.958 dan 0.971, sementara tuntutan literatur adalah minimum 0.7, karenanya ini menunjukkan konsistensi item internal yang mencakup kedua faktor.
Walau begitu, dalam memeriksa kekuatan asosiasi antara kedua domain belajar organisasi dan enam hasil sekolah dan personal, para peneliti menemukan korelasi positif namun rendah, karenanya enam hasil sekolah dan personal menawarkan dukungan yang lemah untuk validitas konstruk kedua faktor organisasi belajar.
Tabel 2.3: Analisa Item ke 12 Dimensi Belajar Organisasi PKS-OB
Tindakan


Orientasi tim
a.
Bekerjasama sebagai tim


g.
Berkonsultasi dan meminta saran dari anggota lain

m.
Bertemu untuk membahas tantangan dan memecahkan masalah
Inovasi
b.
Menerima dan menghargai gagasan baru

h.
Tetap berpikiran terbuka mengenai cara baru melakukan sesuatu

n.
Bersedia melakukan eksperimen dengan praktek baru
Keterlibatan
c.
Mencari gagasan dan pendapat dari siswa

l.
Bekerja dengan orang tua sebagai rekan dalam proses pendidikan

o.
Terlibat dan bekerjasama dengan agen dan organisasi masyarakat
Aliran Informasi
d.
Berbagi gagasan dan informasi satu sama lain mengenai bagaimana menjadikan sekolah ini lebih efektif

j.
Merasa nyaman berbagi pengalaman belajar kita dengan yang lain

p.
Mempertahankan keterbukaan komunikasi
Toleransi pada Kesalahan
e.
Setuju kalau lebih baik mencoba sesuatu yang baru dengan resiko gagal daripada tidak mencoba sama sekali

k.
Memandang kesalahan sebagai kesempatan belajar

q.
Belajar dari pengalaman dimana hasil kita tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan
Orientasi Hasil
f.
Merencanakan dengan hasil yang diinginkan dalam pikiran

l.
Memfokuskan usaha kita dalam mencapai hasil yang terukur

r.
Mengevaluasi hasil terhadap tujuan yang telah ditentukan sebelumnya



dst....

No comments:

Post a Comment