Tuesday, June 19, 2012

Sistem Menulis


H.G. Wells berpendapat kalau menulis memiliki kemampuan “menempatkan kesetujuan, hukum, perintah dalam rekaman. Ia memungkinkan pertumbuhan negara lebih besar dari yang mungkin dilakukan kota lama. Ia memungkinkan kesadaran historis berkelanjutan menjadi mungkin. Perintah pendeta atau raja dan segelnya dapat melebihi pandangan dan suaranya dan dapat bertahan walaupun ia telah meninggal.”
Sistem menulis
Sistem menulis utama – metode menulis –secara luas  terbagi menjadi empat kategori: logografis, silabis, alfabetis, dan fitural. Kategori lain, ideografis (simbol untuk ide) tidak pernah dikembangkan dengan cukup untuk menjadi bahasa. Kategori keenam, piktografis, tidak cukup untuk mewakili bahasa itu sendiri, namun sering menjadi inti dari logografis.
1.       Logografis
Sebuah logogram adalah karakter tertulis yang mewakili kata atau morfem. Sejumlah besar logogram dibutuhkan untuk menulis sebuah bahasa, dan bertahun-tahun dibutuhkan untuk mempelajarinya. Ini menjadi kerugian utama sistem logografis dibandingkan sistem alfabetis. Walau begitu, efisiensi membaca tulisan logografis pernah bermanfaat besar. Tidak ada sistem menulis yang sepenuhnya logografis: semua memiliki komponen fonetik serta logogram (komponen logosilabik dalamn kasus karakter China, cuneiform, dan Maya, dimana sebuah glif dapat dijadikan morfem, silabil, atau keduanya; logokonsonantal dalam kasus hieroglif) dan banya memiliki komponen ideografis (radikal di China dan determiner pada hieroglif). Sebagai contoh, dalam bahasa Maya, glif untuk sirip, dibaca ka’, juga digunakan untuk menyajikan silabel ka kapanpun pengejaan logogram dibutuhkan atau ketika tidak ada logogram. Pada bahasa China, sekitar 90% karakter adalah senyawa dari unsur semantik (makna) yang disebut radikal dengan karakter yang ada untuk menunjukkan ucapan, disebut sebuah fonetik. Walau begitu, elemen fonetik demikian menggantikan elemen logografis daripada sebaliknya.
Sistem logografis utama yang digunakan saat ini adalah karakter China, digunakan dengan beberapa modifikasi untuk berbagai bahasa di China, Jepang, dan Korea di Korea Selatan. Yang lain adalah naskah klasik Yi.
2.       Silabaris
Sebuah silabaris adalah seperangkat simbol tertulis yang mewakili (atau mendekati) silabil. Sebuah glif adalah sebuah silabari yang menjadi konsonan diikuti sebuah vokal, atau hanya sebuah vokal, walaupun di beberapa naskah silabil yang lebih kompleks (seperti konsonan-vokal-konsonan, atau konsonan-konsonan-vokal) dapat memiliki glifnya. Silabil yang berhubungan secara fonetik tidak ditunjukkan dalam naskah. Sebagai contoh, silabil ka dapat tidak berbeda degan silabil ki, tidak pula silabil dengan vokal yang sama.
Silabaris paling sesuai untuk bahasa dengan struktur silabil yang relatif sederhana, seperti bahasa Jepang. Bahasa lain yang memakai silabik mencakup naskah Linear B dari Yunani Mycenea, Cherokee, Ndjuka, bahasa kreol berbasis Inggris di Suriname, dan naskah Vai dari Liberia. Sebagian besar sistem logografis memiliki komponen silabik kuat. Etiopik, walaupun secara teknis adalah abjad, memiliki gabungan konsonan dan vokal pada titik dimana ia dipelajari seolah ia sebuah silabari.
3.       Alfabet
Alfabet adalah seperangkat kecil simbol, masing-masing secara kasar mewakili atau secara historis mewakili sebuah fonem dalam bahasa. Dalam alfabet yang fonologis sempurna, fonem dan huruf berkoresponsi sempurna dalam dua arah: seorang penulis dapat meramalkan ucapan sebuah kata berdasarkan ejaannya, dan seorang pendengar dapat meramalkan ucapan sebuah kata berdasarkan ejaannya.
Karena bahasa sering berevolusi independen dari sistem menulisnya, dan sistem menulis dapat dipinjam untuk bahasa-bahasa yang tidak memilikinya, derajat apakah suatu huruf dari alfabet berkorespondensi dengan fonem sebuah bahasa bervariasi dari satu bahasa ke bahasa lain dan bahkan dalam satu bahasa sekalipun.
Dalam sebagian besar sistem menulis di Timur Tengah, biasanya hanya konsonan sebuah kata yang ditulis, walaupun vokal dapat diindikasikan dengan menambahkan berbagai tanda diakritis. Sistem penulisan yang berdasarkan penandaan fonem konsonan saja berasal dari hieroglif Mesir kuno. Sistem ini disebut abjad.
Pada sebagian besar abjad India dan Asia Tenggara, huruf vokal diindikasikan lewat diakritis atau modifikasi bentuk konsonan. Hal ini disebut abugida. Beberapa abugida, seperti Etiopik dan Cree, dipelajari anak sebagai silabari, dan sering disebut silabik. Walau begitu, berbeda dengan silabari sejati, ini bukanlah glif yang independen untuk setiap silabi.
Kadangkala istilah alfabet dibatasi pada sistem dimana huruf dipisahkan antara konsonan dan vokal, seperti alfabet Latin, walaupun abjad dan abugida dapat diterima sebagai alfabet juga. Karena ini, alfabet Yunani dipandang sebagai alfabet pertama di dunia.
4.       Naskah fitural
Sebuah naskah fitural menandai balok dasar fonem yang menyusun sebuah bahasa. Sebagai contoh, semua suara yang diucapkan oleh bibir (suara labial) dapat memiliki beberapa kesamaan. Dalam alfabet Latin, ini adalah kasus pada huruf b dan p. Walau begitu, labial m sepenuhnya berbeda, begitu juga huruf q dan d yang bentuknya mirip namun bukan labial. Dalam hangul Korea, semua keempat konsonan labial berdasarkan elemen yang sama. Walau begitu, dalam prakteknya, bahasa Korea dipelajari anak sebagai alfabet biasa, dan unsur fitural cenderung dilewatkan.
Naskah fitural lainnya adalah tulisan isyarat, sistem menulis populer untuk banyak bahasa isyarat, dimana bentuk dan gerakan tangan dan wajah mewakili secara ikonik. Naskah fitural juga umum dalam sistem fiksi atau yang dibuat, seperti Tengwar dalam karya Tolkien.

Sumber
Wikipedia
Referensi lanjut
1.      Wells, H.G. (1922). A Short History Of The World 
2.      Smith, Frank. Writing and the writer. Routledge, 1994.

No comments:

Post a Comment